“BERNIAT MENCARI ILMU UNTUK IBADAH”
Kedua orang tua memberiku nama Susi Purwanti. Aku lahir di Lampung, 24 Januari 1997, berarti sudah genap 21 tahun umurku, hehe…! Aku memang berasal dari Lampung tapi sebenarnya bukan asli orang Lampung alias Lampung Blasteran Jawa, jadi aku ya agak fasih dalam Bahasa Jawa. Pendidikan dari TK hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di Lampung. Dan tepat ketika tahun 2015 aku dinyatakan lulus dari SMA, seperti kebanyakan remaja seusiaku, Aku pun ikut mencoba daftar online di beberapa Perguruan Tinggi Negeri idamanku, seperti SNMPTN, PTAIN dll.
Waktu berlalu, sambil menunggu hasil pengumuman, tiba-tiba terbersit di fikiranku untuk menjadi seorang tenaga kesehatan utamanya Bidan. Sebenarnya jadi seorang Bidan bukan cita-citaku dari kecil tapi karena ada satu kejadian yang membuatku terhentak, akhirnya Aku membulatkan tekad untuk menjadi seorang Bidan. Kejadian itu bermula ketika usia ibuku 38 tahun, usia yang tidak muda lagi untuk menjalani proses persalinan. Ibuku melahirkan di tolong oleh seorang dukun yang menurutku ilmunya masih sangat kurang dalam segala hal. Sampai akhirnya, ibuku dan si kecil adikku dirujuk ke Rumah Sakit dan menjalani persalinan disana karena kasus perdarahan dan hipertensi.
Aku mengenyam pendidikan perkuliahan di Tanah Jawa yaitu Jawa Timur tepatnya di Ponorogo, Kota Reog katanya. Akademi Kebidanan Harapan Mulya Ponorogo menurutku instansi yang pas untuk menimba ilmu tentang kebidanan. Selain letak kampus yang strategis, berada di jantung kota Ponorogo. Lokasinya sangat cocok untuk anak kuliahan yang jauh dari keluarga. Jangkauan tempuh untuk memenuhi kebutuhan pun tidak perlu jauh-jauh karena sudah di Kota. Selain daripada itu, Aku merasakan bahwa sistem pelayanan penerimaan mahasiswa barunya adalah One Day Service, yang artinya kita tidak perlu berlama-lama untuk menunggu hasil diterima atau tidaknya kita di kampus tersebut karena setelah selesai beberapa macam tes langsung di berikan hasilnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku lalui ruang-ruang waktu dengan menempuh pendidikan di Akademi Kebidanan Harapan Mulya Ponorogo. Walaupun ini adalah perguruan tinggi swasta tapi kualitas pembelajaran dan dosennya tidak kalah baik dengan institusi kesehatan lainnya. Karena di Akademi Kebidanan Harapan Mulya Ponorogo sistem pembelajarannya adalah teori dan praktik. Jadi setelah mendapatkan materi di kelas langsung di praktikkan di laboratorium yang merupakan salah satu fasilitas penunjang pembelajaran yang ada di kampus. Sehingga ini membuat kami menjadi lebih paham karena ada aplikasi langsung kegiatan praktik.
Dengan beban perkuliahan yang ada, ya wajarlah ya namanya juga kuliah. Ada masa pusing-pusingnya juga terkait dengan tugas. Tapi ini tak lantas membuatku hanya terfokus pada bidang akademik. Aku juga mengasah kemampuanku yang lain dalam bidang keorganisasian. Jadi aktivis kampus lah istilah kerennya. Wakil ketua Senat Mahasiswa (SEMA) periode 2016/2017 dan Ketua Senat Mahasiswa periode 2017/2018. Serta aktif di beberapa organisasi eksternal lainnya. Berorganisasi membuatku memiliki banyak pengalaman aplikatif bagaimana bisa survive di lingkungan sosial. Aku yakin pengalamanku di organisasi akan berguna kelak dalam menunjang karir dan masa depanku.
Tidak terasa, 3 tahun berlalu sudah, hingga tiba waktunya aku menjalani yudisium, batas akhir dari peranku sebagai mahasiswa. Alhamdulillah, puji syukur Aku panjatkan kepada Allah atas nikmatnya, Aku menjadi wisudawati terbaik kedua dengan perolehan IPK 3,88. Semua ini Aku dapatkan atas perkenan Allah, ridho dan do’a dari orang tua, keikhlasan para dosen dan tenaga kependidikan di Akbid Harapan Mulya Ponorogo, serta dukungan teman-teman seangkatan. Suka duka menyatu berbalur menjadi rona kebahagiaanku dan jadi kebanggaan keluarga.
Terpatri dalam benakku, Menjadi bidan adalah pilihan. Bidan bukan lagi hanya sekedar profesi untuk jalan mensejahterakan kehidupan tapi Bidan adalah profesi yang sarat dengan ladang pahala dan bekal untuk kehidupan yang abadi. Maka bercitalah untuk menguasai ilmu kebidanan jangan hanya bercita ingin menjadi seorang bidan dengan tambahan gelar di belakang nama. Apalah arti semua nama dan deretan gelar di belakangnya jika hanya sebagai hiasan belaka tanpa ada manfaat bagi orang lain, keluarga, bangsa dan agama.